Connect with us

Berita Terkini

Beda AHY, Prabowo Dan Jokowi

Sorotjakarta,-
Pemimpin pada dasarnya adalah mereka yang mampu memimpin dan bisa mengayomi, bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.

Demikian dikatakan Ketum DPN BMI Farkhan Evendi ketika berbicara pemimpin yang tepat untuk generasi yang akan datang, dalam kesempatan bincang-bincang dengan media. Kamis, 26/8/2021

Menurut Farkhan, sudah menjadi ketetapan Allah bahwa setiap kita adalah seorang pemimpin. Hal ini tidak mempedulikan apa jabatannya sekarang, berapa jumlah bawahannya, strata pendidikannya, darimana sukunya berasal, dan berapa penghasilannya per bulannya.

“Kita murni terlahir sebagai pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi maupun lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi, diri kita pribadi,”kata Farkhan.

Namun, banyak pemimpin tidak menjadi seperti yang seharusnya seorang pemimpin, bahkan pemimpin yang seharusnya menjadi pendekar malah justru mengorbankan yang dibawahnya.

Begitu juga ditangan pendekar sakti, daun dan ranting bisa menjadi sebuah senjata yang mematikan, namun sebaliknya, ditangan pendekar amatiran sebuah pedang tajam berkepala naga akan tak berarti apa-apa.

“Ya institusi apapun, baik itu organisasi, partai atau bahkan sebuah negara memiliki ketergantungan kuat siapa pemimpinnya sesuai idiom diatas,” tegas Farkhan.

“Dan idiom itu bisa kita bandingkan dengan tiga pemimpin yang kita lihat, Misalkan AHY, Jokowi dan Prabowo,” sambung Farkhan.

Pertama, kita bisa melihat dari segi gaya bicara, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) jika berbicara jelas selalu runtut, lugas, pakai hati dan tak pernah bikin kontroversi sedangkan Jokowi dan Prabowo kerap bikin kontroversi, misal Jokowi sebut ekonomi bakal meroket dan Prabowo yang bilang bahwa ‘dirinya lebih TNI daripada TNI’.

“Kedua, Leadership dalam parpol, Jokowi tak punya pengalaman memimpin partai, Prabowo memimpin partai nyaris tanpa pernah rapat bulanan, maupun mingguan dengan para pimpinan partai baik di pusat maupun daerah, komando di daerah seolah jalan sendiri, sedangkan AHY punya kegiatan commando Call, gulirkan gerakan nasional dengan mengkomando DPD-DPP,”ujar Farkhan

Ketiga, lanjut Farkhan adalah soal kepemimpinan konten atau iklan. Menurutnya, rakyat bisa melihat selama ini mana yang besar karena mengandalkan iklan secara besar-besaran dan mana yang kerja nyata.

Menurut Farkhan, Jokowi dibesarkan oleh Buzzer, sedangkan Prabowo dibesarkan oleh iklan besar-besaran, namun AHY dengan rajin turun ke lapangan, dialog di kampus-kampus, didukung oleh jaringan BMI beserta Drupadi, Pelopor dan lainnya dalam mengembangkan basis yang notabene gerak BMI bersifat militan dan berbasis kerja nyata sama seperti AHY.

“Indonesia kedepan memerlukan sosok yang menggerakkan dan sakti dalam kerja serta santun, Indonesia saat ini sudah lelah dipimpin pendekar amatiran, yang kerjanya hutang dan banyak membuat korban, terlebih malah justru meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran,” ucap Farkhan.

“Sekali lagi rakyat indonesia di dinding media sosial nusantara ini mari kita renungkan betul idiom yang disampaikan BMI di awal : Ditangan pendekar sakti daun dan ranting menjadi senjata mematikan di tangan pendekar amatiran pedang kepala naga tak berarti apa-apa,” ucap Farkhan mengakhiri.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Berita Terkini

error: Content is protected !!