Connect with us

Berita Terkini

Program Makan Siang Gratis Dalam Perspektif Mencegah Malnutrisi dan Stunting

Sorotjakarta,-
Program makan siang gratis anak sekolah diharapkan meningkatkan kesadaran anak sekolah sebagai calon orang tua memberi pengasuhan tumbuh kembang/nurturing care terbaik untuk anaknya kelak dan persiapan mental fisik calon ibu.

Menurut hemat Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama, MKM bahwa programnya harus dibuat murah agar dapat direplikasi menunya oleh masyarakat di hari libur/untuk makan malam. Namun harus habis makanannya di sekolah untuk tercapai gizi yang diharapkan dan mencegah adanya makanan basi/keracunan, danlainnya.

“Program ini sejatinya bukan untuk mencegah stunting pada anak sekolah, tapi mencegah malnutrisi yang bisa mengancam kesehatan jangka panjang pada anak sekolah termasuk calon ibu (anak wanita), karena jika anemia kronis berpotensi melahirkan anak dengan gangguan gizi, pertumbuhan, perkembangan, termasuk stunting.” Tutur Ngabila.

Lebih lanjut kata Ngabila Malnutrisi tidak hanya gizi kurang (underweight), tetapi juga gizi berlebih (overweight) bahkan obesitas yang dapat meningkatkan risiko hipertensi, DM, penyakit jantung, dan penyakit tidak menular lainnya.

Mengutip dari Menkes RI, Budi G. Sadikin, bahwa jika anak sudah ditemukan stunting artinya stadium IV dan sudah terlambat. Stadium I: weight faltering (gagal tumbuh), II: gizi kurang, III: gizi buruk, dan IV: adalah stunting.

Kemenkes memperkenalkan 5 cara mencegah stunting melalui ABCDE:
1. Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD).
2. Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali.
3. Cukupi konsumsi protein hewani.
4. Datang ke Posyandu setiap bulan.
5. Eksklusif ASI 6 bulan.

Sesuai konsep isi piringku, setengah piring adalah sayur dan buah, setengah piring lainnya karbohidrat dan lauk tinggi protein hewani, karena anak masih dalam masa pertumbuhan perkembangan, diharapkan makan siang gratis bersama seluruh anak sekolah dapat menjadi budaya yang baik dimulai sejak kecil untuk makan makanan seimbang dan bergizi. Menyambut puncak bonus demografi 2030 dan Indonesia emas 2045 (mereka saat ini berusia SD atau bahkan lebih muda), mereka juga calon ibu dan ortu yang akan mendidik dan mebiasakan anak-anak untuk hidup sehat.

Makan adalah sebuah proses belajar dan perlu menjadi budaya yang terus dibiasakan sehari-hari, jika sejak kecil suka jajan atau makanan pengawet maka akan menjadi kebiasaan hingga dewasa.

Saran yang dapat diberikan untuk program makan siang gratis:
1. Menu seimbang sesuai konsep isi piringku
2. Tinggi protein hewani
3. Ada sayur dan buah
4. Rendah kadar gula, garam, lemak
5. Tanpa MSG dan bahan pengawet (menggunakan bumbu / rempah alami)
6. Manfaatkan bahan pangan lokal alami
7. Variatif, menarik, higienis (untuk mencegah keracunan makanan/diare, penyedia sudah mendapat sertifikat layak hygiene dr puskesmas/ Dinkes setempat dan dilakukan monitoring evaluasi berkala serta menu dan variasi makanan telah disetujui oleh Puskesmas setempat disertai kandungan kalori)
8. Ramah lingkungan (tidak berkemasan plastik/mika / styrofoam karena tidak ramah lingkungan dan tidak antipanas). Sebaiknya sistemnya prasmanan akan lebih baik, agar tidak perlu budget kemasan dan dialokasikan untuk protein hewani lebih banyak dan tidak ada tumpukan sampah baru. Piring makan bahan kayu/ stainless/melamin/bawa tempat makan masing-masing atau bisa seperti rice bowl.
9. Harus habis dimakan di sekolah, tidak dibawa pulang karena bisa basi, di makan ortu atau keluarga lain. Porsi makan yang diberikan harus sesuai dengan usia. Ukuran lambung anak tidak besar, kira-kira segenggam telapak tangannya. Porsi harus pas, agar tidak kurang, dan tidak juga berlebih (mubazir).
10. Strong leadership at all level: koordinasi aktif Dinas Pendidikan melalui sekolah, Puskesmas, Dinas Ketahanan Pangan. Untuk di Jakarta, Dinas Pendidikan dan Ketahanan Pangan ada hingga ke level Kecamatan (kasatpel) yang dapat bersama mengawal program ini.
11. Pikirkan pajak untuk penyedia catering.
12. Jangan sampai ada sunat anggaran sampai penyedia catering sekecil apa pun.
13. Usahakan UMKM atau pemberdayaan masyarakat lebih baik.
14. Ahli gizi di Puskesmas dan organisasi profesi di masyarakat perlu dilibatkan dalam penentuan menu, variasi, kalori, dan monitoring evaluasi program yang berjalan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Berita Terkini

error: Content is protected !!