Oleh. Farkhan Evendi
(Ketua Umum Bintang Muda Indonesia)
Perekonomian Indonesia masih terpuruk, meninggalkan luka di hati rakyat. Banyak pekerja kehilangan harapan, sementara pejabat hidup dalam kemewahan dengan fasilitas yang jauh dari realitas rakyat jelata. Gaji mereka berkali lipat di atas upah minimum, namun empati dan tanggung jawab seolah pudar. Ketimpangan ini bukan sekadar angka, tetapi cerita pilu keluarga yang kesulitan bertahan hidup, memicu gelombang protes di berbagai penjuru negeri, bahkan hingga tindakan putus asa seperti penjarahan rumah pejabat.
Protes rakyat adalah jeritan hati yang sah, lahir dari kekecewaan mendalam. Di banyak kota, rakyat turun ke jalan menuntut keadilan, namun beberapa aksi berujung chaos, dengan korban jiwa dan luka. Darah tumpah di aspal, bukan karena rakyat ingin rusuh, tetapi karena ketidakadilan telah mencapai titik nadir.
Kami, BMI, menangis melihat bangsa ini terbelah, di mana suara rakyat justru dibungkam oleh kekerasan dan ketidakpedulian.
Respon pemerintah terasa seperti garam di luka. Alih-alih mendengar, aparat lebih memilih gas air mata dan pentungan untuk meredam suara rakyat. Pernyataan pejabat terdengar hampa, seolah tak mampu merasakan denyut penderitaan rakyat. Reshuffle kabinet dilakukan, namun terasa seperti polesan permukaan, bukan solusi yang menyentuh akar masalah. Rakyat tak butuh janji manis, tetapi tindakan nyata yang menghidupkan harapan.
Kami mengajak para pejabat untuk bercermin. Jabatan adalah amanah, bukan hak istimewa untuk menjauh dari rakyat. Kami mendesak dialog yang tulus, kebijakan yang memihak rakyat kecil, dan langkah nyata untuk merajut keadilan sosial.
Kepada Partai Demokrat, yang kini berusia 24 tahun, BMI berharap kalian menjadi pelopor demokrasi sejati, mendengar denyut nadi rakyat, dan menjauh dari politik elitis yang merugikan bangsa.
BMI memimpikan Indonesia di mana pejabat tak lagi buta terhadap penderitaan rakyat. Kami ingin melihat negeri ini bangkit dengan kebersamaan, di mana kesejahteraan bukan impian, tetapi kenyataan. Mari kita renungkan: untuk siapa negara ini berdiri? Bukan untuk elite, tetapi untuk setiap rakyat yang berjuang. Bersama, kita wujudkan Indonesia yang adil dan berprikemanusiaan.
Sebagai penutup, BMI menyerukan kepada seluruh elemen bangsa: mari kita satukan hati untuk membangun negeri yang lebih baik. Kepada pejabat, dengarkanlah suara rakyat dengan hati. Pejabat ada bukan untuk menghisap darah rakyat tapi melayani kebutuhan rakyat. Kepada rakyat, jangan lelah bersuara dengan damai. Indonesia adalah rumah kita bersama, dan hanya dengan cinta serta kebersamaan, kita bisa mewujudkan harapan akan masa depan yang lebih cerah.